Jumat, 30 Januari 2009

Roket Hamas Jawaban Serangan Israel

Image
Gaza
- Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali memuncak. Serangan udara Israel dibalas dengan tembakan roket Qassam milik Hamas ke wilayah Negev, Israel.

Berdasarkan pantauan Press TV, Rabu (28/1), tak ada korban dalam serangan yang terjadi sesaat setelah jet Israel membom wilayah Rafah atau perbatasan Gaza-Mesir. Militer Yahudi menyatakan serangan itu hanya membalas bom dengan alat kendali jarak jauh yang meledak di perbatasan Gaza. Akibatnya, seorang serdadu Israel tewas dan tiga lainnya terluka.

Israel juga mengakui serangan udara pertama mereka sejak gencatan senjata itu bertujuan untuk memusnahkan terowongan di perbatasan Mesir-Gaza. Terowongan itu merupakan akses yang selama ini digunakan warga Palestina untuk memasukkan makanan, obat-obatan dan berbagai suplai vital lainnya.

Serangan balasan itu terjadi saat kabinet Israel memutuskan untuk bertemu di Jerusalem dan membahas serangan udara Israel. Pada saat yang bersamaan, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell, tiba di Israel.

Kabarnya, PM Israel Ehud Olmert mengusulkan agar negaranya membicarakan kemungkinan untuk kembali mengadakan agresi militer.

"Reaksi militer saat ini hanya operasional saja. Ini bukan reaksi terhadap insiden seorang serdadiu dan tiga lainnya yang terluka. Tunggu saja reaksi Israel," ujar seorang pejabat senior yang mengutip perkataan Olmert.

Ancaman senada juga datang dari pejabat tinggi Israel lainnya, seperti Menlu Tzipi Livni dan Menhan Ehud Barak.(Inlh/sbl)

Mampukah Obama Hindari Lobi Yahudi?

Image
Sudah jadi rahasia umum, Presiden AS dekat dengan kelompok lobi Yahudi. Setiap kebijakan yang diambil, utamanya menyangkut Timur Tengah, harus berdasarkan rundingan kelompok ini. Bagaimana dengan Obama?
Kemunculan Barack Hussein Obama memang fenomenal. Ia mematahkan stereotip dan sekat rasisme sejak Negara Adidaya itu berdiri lebih dari tiga abad lalu, bahwa AS hanya bisa dipimpin oleh ras Anglo Saxon. Ia seolah simbol harapan datangnya tatanan dunia baru, setelah dunia muak dengan kebijakan-kebijakan George W Bush maupun presiden AS sebelumnya.

Apalagi, saat pidato pelantikannya, 20 Januari lalu, ia begitu menekankan pentingnya perdamaian dengan warga dunia dari berbagai macam ras dan agama. Bahkan, dengan orang yang menganggapnya musuh sekalipun. Ia juga langsung melaksanakan janjinya untuk menutup tahanan militer Guantanamo, Kuba, sehari setelah resmi menjadi presiden.

Namun, pidato pelantikan itu kemudian memunculkan pertanyaan dunia. Bagaimana sikapnya atas konflik yang terjadi di Jalur Gaza? Pasalnya, ia sama sekali tidak menyinggung agresi Israel selama tiga pekan.

Adalah persyaratan tak tertulis setiap Presiden AS harus memiliki kedekatan dengan American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Organisasi Lobi Yahudi, lebih dari seabad bergerilya dalam tatanan politik tingkat tinggi di AS.

Sudah banyak contoh politisi AS yang meremehkan AIPAC akan menghadapi dampak buruk. Bahkan, kematian Presiden John F. Kennedy pada 1963 pun diduga karena mengabaikan kepentingan Israel di Timur Tengah. Ia sempat menekan Perdana Menteri Israel David Ben Gurion soal nuklir.

Menyebut contoh kekuatan AIPAC adalah ketika Presiden Gerald Ford pada 1975 meminta Israel hengkang setelah delapan tahun menduduki Gurun Sinai, Mesir. Tak cukup itu, Ford juga memerintahkan mengevaluasi kembali hubungan AS-Israel. Namun, berkat lobi AIPAC, 76 anggota Senat AS mementalkan perintah itu.

Hal yang sama juga berlaku terhadap pimpinan AIPAC yang dianggap memble. Dia dipastikan tidak akan bertahan lama di sana. Salah satu contohnya adalah mundurnya mantan Direktur Legislatif AIPAC Douglas Bloomfield pada dekade 1980-an. Padahal, ia sempat menyebut bahwa organisasi itu telah mencatat sukses karena mewakili kepentingan nasional AS dan bekerja di dalam kekuatan-kekuatan politik AS.

Lalu, apa yang sebenarnya membuat AIPAC memiliki pengaruh kuat? AIPAC menyebut seiring sikap warga AS yang menyadari pentingnya hubungan kuat Israel-AS, organisasi itu akan terus melanjutkan diskusi dengan para pembuat kebijakan di semua level pemerintahan AS.

AIPAC memiliki sedikitnya 65 ribu anggota di 50 negara bagian AS, dengan misi utamanya mendukung kepentingan AS di Timur Tengah dan memperkuat relasi AS-Israel. Perwakilannya melakukan 2.000 pertemuan setiap tahun dengan para anggota Kongres AS dan turut memberikan arahan dalam proses pembuatan peraturan yang berkaitan dengan kepentingan Israel.

Lalu bagaimana hubungan organisasi ini dengan Obama? Presiden AS yang sempat mengenyam pendidikan dasar selama tiga tahun di Jakarta ini tampaknya menyadari kuatnya cengkeraman Lobi Yahudi. Jauh sebelum pemilihan presiden AS, ia telah beberapa kali bertemu di sejumlah forum organisasi ini.

Contohnya, ketika pada 13 November 2008, ia sempat berpidato di depan forum AIPAC. Dia berjanji tidak akan berkompromi soal keamanan Israel dan menjanjikan Yerusalem akan menjadi ibukota Negara Zionis itu. Dia pun menolak menyalahkan Israel sebagai biang keladi masalah di Timur Tengah dan menyebut Iran sebagai ancaman lebih besar daripada Irak.

“Sebagai presiden, saya akan melaksanakan nota kesepakatan untuk menyediakan dana US$30 miliar untuk membantu Israel selama dekade berikutnya,” kata Obama.

Sejumlah pihak juga menanggapi skeptis pemihakan Obama terhadap keadilan di Timur Tengah. Ia dinilai selalu bersikap mendua atas konflik yang terjadi di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas.

“Saya yakin dia (Obama) ketika berbicara dengan orang Yahudi, akan lebih Yahudi dari orang Yahudi. Tapi ketika berbicara dengan kami (Palestina), dia sangat diplomatis,” kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi.

Pidatonya yang tak menyinggung konflik Gaza membuat pengamat Bima Arya Sugiarto menyimpulkan sebagai indikator Obama tidak peduli pada konflik itu. Secara pribadi Obama akan sulit menolak AIPAC. Sebab, Yahudi merupakan salah satu penyandang dana terbesar dalam kampanye politik Obama.

Selain itu, tambahnya, secara historis Partai Demokrat memiliki kedekatan dengan jaringan Yahudi. "Jadi kemungkinan Obama dapat mendamaikan Israel-Palestina sangat kecil, apalagi yang menguntungkan Palestina. Saya kira paling banter hanya gencatan senjata lagi yang kan terjadi," paparnya.

Masuk akal. Sehari setelah pelantikan Obama, komunitas Yahudi mengadakan perayaan sendiri. Panitia resepsi, seperti dilansir media Israel Haaretz, mencatat sekitar 800 orang Yahudi menghadiri pelantikan Obama.(Inlh/sbl)(sabili)

Yahudi Inggris : Israel Melakukan Holocaust

Image Berita dari “Jewish Telegraphic Agency” menyatakan bahwa seorang anggota parlemen Inggris yang berdarah yahudi menuduh Israel melakukan holocaust dan menjustifikasinya untuk tindakannya di jalur Gaza. “Pemerintah Israel secara kasar dan sinis terus melakukan justifikasi atas peristiwa holocaust terhadap mereka , dan melakukan pembunuhan terhadap bangsa palestina,” kata Sir Gerald Kaufman, veteran anggota parlemen dari partai buruh Inggris yang telah lama sekali mengkritik kebijakan Israel.

Berkenaan dengan latar belakangnya sebagai anak pengungsi yahudi dari Polandia, kaufman mengatakan : “ nenek saya sedang terbaring sakit di tempat tidur ketika tentara nazi datang, dan mereka lalu membunuhnya. Nenek saya tidaklah mati untuk memberikan perlindungannya bagi tentara-tentara Israel yang membunuh nenek-nenek di Gaza.”

Kaufman menyamakan / membandingkan pejuang militan Hamas dengan para pejuang perlawanan yahudi semasa perang dunia ke-2, dengan mengatakan : “ saya menganggap orang-orang yahudi yang terusir, yang berjuang untuk mempertahankan hidup mereka di kampung-kampung kota Warsawa, Polandia, sebagai militant (pejuang).(dzulfikar/sbl)

Jumat, 09 Januari 2009

Karikatur

Saudi Tolak Tekan AS dengan Minyak

Image
Entah apa alasannya sehingga Arab Saudi akhirnya melontarkan penolakannya untuk menggunakan minyak sebagai senjata untuk membantu saudaranya di Gaza. Arab Saudi telah dengan jelas menolak menggunakan kekuatan minyak yang mereka miliki untuk menekan Amerika Serikat agar menghentikan kejahatan dan kekejian zionis Israel yang telah jelas-jelas melakukan aksi terorisme di Palestina.

Penolakan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Sud Al-Faisal kepada wartawan di New York. Di sela perdebatan Dewan Keamanan mengenai serangan pasukan Israel yang telah menghilangkan tak kurang dari 689 nyawa warga Palestina, Pangeran Sud Al-Faisal menyatakan, "Minyak bukan senjata. Anda tak dapat mengubah suatu konflik dengan menggunakan minyak".

Selanjutnya, ia justru hanya menyerahkan konflik yang terjadi di Gaza tersebut kepada PBB. Menurutnya, Dewan Keamanan PBB lah yang seharusnya menghentikan aksi membabi buta yang dilakukan oleh Israel tersebut. Lebih lengkapnya, ia mengatakan, "Tanggung jawab Dewan Keamananlah untuk membantu mengakhiri setiap konflik segera setelah konflik tersebut muncul. Dan konflik saat ini di Jalur Gaza tidak terkecuali".

Dalam tambahannya, Arab Saudi pun menyatakan bahwa jika tuntutan itu tidak di laksanakan, maka perlu dipertanyakan lagi mengenai peran dan eksistensi PBB di dunia internasional. "Jika Dewan Keamanan tak melakukan tindakan, itu tentu saja menimbulkan tanda-tanya mengenai kredibilitasnya," demikian pernyataan yang ditambahkannya kepada publik.

Meskipun Kepala Diplomat Arab Saudi tersebut telah menyampaikan dukungan terhadap resolusi yang diajukan Libya mengenai gencatan senjata yang harus segera diwujudkan antara Israel dan Palestina, namun kepala diplomat luar negeri Peracis, AS, dan Inggris saat ini tengah mengupayakan adanya kesepakatan Dewan mengenai pernyataan yang tidak mengikat, yang akan digunakan untuk mendukung rencana gencatan senjata yang telah diajukan oleh Presiden Mesir, Hosni Mubarak.

Setelah melakukan temu bicara dengan rekannya di Perancis, Nicholas Sakkorzy, Mubarak akhirnya mengajukan usul tiga tahap mengenai diakhirinya Perang antara Hamas dan Israel di Gaza. Berkenaan dengan hal tersebut, Pangeran Saud mengatakan, "Gagasan Presiden Mubarak tak bertentangan atau bertolak belakang dengan usul (Libya) yang diajukan kepada Dewan Keamanan. Sebenarnya, itu melengkapinya," kata Pangeran Saud.

Mubarak mengajukan rencana gencatan senjata segera dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan agar akses bantuan kemanusiaan dapat terbuka dan bantuan yang ditujukan ke warga di Jalur Gaza dapat masuk. Dalam hal ini, Mubarak mengundang kedua belah pihak yang tengah berselisih, yaitu Palestina dan Israel agar datang ke Mesir dan membicarakan masalah keamanan di Jalur Gaza, membuka tempat penyeberangan, serta mencabut blokade yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza.

Yang lagi-lagi mengecewakan adalah bahwa pada hari Rabu kemarin Dewan Keamanan PBB telah gagal mencapai kata sepakat mengenai solusi untuk menghentikan konflik yang tengah berlangsung di Gaza dalam waktu yang sudah sangat lama tersebut.

Sabtu, 03 Januari 2009

Israel dan sekutunya Mengulur-ulur Waktu

ImageIsrael terus melancarkan aksinya. Semalam pesawat-pesawat tempur Israel menyerang gedung parlemen di Gaza. Serangan membabi buta itu tak peduli kawasan sipil, anak-anak atau perempuan. Sebuah rumah sakit anak juga rusak akibat gempuran.
Namun, meski tak seimbang Hamas terus melawan. Roket-roket Hamas mendarat jauh di dalam Israel. Roket-roket Hamas kembali mendarat di Beersheba, sekitar 40km di dalam Israel.

Rabu kemarin, Israel menolak seruan gencatan senjata 48 jam untuk memungkinkan kiriman bantuan memasuki Gaza. Sekutu Israel pun terus mengulur-ulur waktu.

Rancangan resolusi PBB yang diajukan Mesir dan Libia kandas setelah AS dan Inggris mengeluhkan bahwa draf itu tidak menyinggung serangan roket Hamas terhadap Israel. Menurut AS dan Inggris, serangan roket itu memicu permusuhan terbaru.

Para pejabat Palestina mengatakan, 391 warga Palestina terbunuh dalam gelombang serangan udara Israel. Sedangkan, empat orang Israel tewas akibat tembakan roket dari Gaza, yang dikuasai Hamas.

Israel dan sekutunya tak peduli dengan angka-angka itu. Karena Hamas meluncurkan roket-roket itu sebagai tindakan membela diri dari serangan Israel sebelumnya. (Eman Mulyatman) (dari:sabili.co.id)

Tujuh Ribu Mahasiswa Iran Siap Jihad

ImageTujuh ribu mahasiswa dari kota Isfahan di bagian tengah Iran, Senin, mendaftarkan diri untuk memerangi Israel, demikian laporan kantor berita setengah resmi Iran, Fars.
"Pada hari pertama pendaftaran untuk memerangi rejim Zionis dan membantu rakyat Palestina, 7.000 mahasiswa dari berbagai universitas di Isfahan telah menyampaikan kesediaan," kata Mohammad Zarifi, anggota Perhimpunan Mahasiswa Islam Iran, sebagaimana dikutip oleh Fars.

Masih pada hari yang sama, satu lagi kelompok mahasiswa Iran, Mahasiswa Basij (Relawan) dari Tehran Universities, mengumumkan organisasi tersebut mendaftar relawan untuk memerangi Israel.

Pendaftaran itu dilakukan sehari setelah pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa yang menyatakan siapa saja yang meninggal dalam perang melawan Israel dan membela Jalur Gaza akan menjadi syahid.

"Sebagai jawanan atas fatwa pemimpin spiritual mengenai Jihad (perang suci), mahasiswa Basij dari seluruh universitas Iran telah mendaftarkan diri dan pendaftaran akan dibuka besok," kata Alireza Zahedi, anggota Mahasiswa Basij di Tehran University, tanpa menyebutkan berapa jumlah mahasiswa yang sudah mendaftar.

"Dalam waktu dekat, mahasiswa yang terdaftar akan mengadakan pertemuan guna menyampaikan kesediaan kepada pemimpin spiritual untuk berperang di wilayah pendudukan (Palestina)," katanya.

Ribuan orang Iran, termasuk mahasiswa, melancarkan pawai di Teheran pada Senin pagi untuk mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza. Mereka membawa spanduk yang berisi slogan anti-Israel dan anti-AS.

Israel, Sabtu pagi, melancarkan serangan udara besar yang dikatakannya "ditujukan kepada anggota Hamas di Jalur Gaza" dan menewaskan 345 orang serta melukai lebih dari 1.000 orang.

Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mendapat dukungan kuat Iran --yang tak mengakui Israel sebagai salah satu negara masyarakat internasional.

Di markas besar PBB, New York, duta besar Mesir dan Palestina di badan dunia itu mengatakan, Senin, mereka meminta Dewan Keamanan PBB membuat Israel mematuhi seruan dunia untuk segera menghentikan kekerasan dan aksi militer di Jalur Gaza.(Ant)