Selasa, 21 Juli 2009

Pembentukan Front Islam-Kristen untuk Hadapi "Yahudisasi" Al-Quds



Front Islam-Kristen di Yerusalem akan menyusun sebuah kamus termasuk di dalamnya semua nama-nama situs-situs arkeologi dan jalan-jalan dari kota suci Yerusalem dalam bahasa Arab, kantor berita Palestina melaporkan hal tersebut Senin kemarin.

Kampanye tersebut datang setelah Yahudi Zionis Israel berencana akan menghapus semua nama-nama Arab dari papan-papan tanda yang ada Al-Quds Palestina.

Sekjen dari Front Islam-Kristen - Hassan Khatir mengumumkan proyek penyusunan kamus tersebut dalam sebuah konferensi pers di tepi barat kota Ramallah.

Israel akan mengganti semua tanda-tanda baik itu jalan, situs dan lainnya yang berbahasa Arab di wilayah Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 dengan bahasa Ibrani, dalam upaya mereka menghapus identitas warga Palestina di wilayah ini.

Saat ini tanda-tanda jalan ditulis dalam bahasa Ibrani, Arab dan Inggris, dengan nama-nama kota dalam setiap bahasa. Jadi Yerusalem dikenal sebagai Al-Quds dalam bahasa Arab (bersama Yerushalaim naskah ditulis dalam bahasa Arab), Yerushalaim dalam Ibrani, Yerusalem dalam bahasa Inggris.

Dalam aturan baru ini, Kota suci hanya akan diidentifikasi sebagai Yerushalaim dalam tiga bahasa. Nazaret (Al-Nashr dalam bahasa Arab) akan diidentifikasi sebagai Natzrat dan Jaffa (Jaffa dalam bahasa Arab) hanya akan tertulis sebagai Jaffa.

Ini mencakup 2500 nama-nama kota dan desa.

Juru bicara dari umat Islam dan Kristen juga telah menyerukan kepada negara-negara Arab lainnya untuk memberikan nama pada jalan-jalan utama dan kota-kota mereka setelah jalan-jalan di yerusalem dan situs-situs arkeologi.

Israel mengganti nama asli berbahasa Arab setelah menjajah wilayah Palestina pada tahun 1948, sebagai gantinya mereka memberi nama dengan bahas Ibrani.

Israel telah bekerja keras selama beberapa tahun untuk melakukan "Yahudisasi" kota suci Yerusalem dan merubah identitas Islam yang ada disana.

Hal ini termasuk mengusir dan memaksa keluar warga Arab Palestina dari sana serta penghancuran secara sistematis rumah-rumah mereka.(fq/agencies)

Museum Muslim AS: Rayakan Kejayaan Intelektual Islam

Okolo Rashid di dalam museumnya yang menampilkan sejarah Islam

Okolo Rashid di dalam museumnya yang menampilkan sejarah Islam
















Mississipi, AS - Ketika salah satu pendiri museum, Okolo Rashid membantu menciptakan Internasional Museum of Muslim Culture pada bulan April 2001, ia tidak bisa memprediksikan ada berapa bagian museum akan berkembang dan berubah.

Museum itu akan merayakan ulang tahunnya yang kedelapan dengan mengadakan sebuah panel khusus di museum yang akan diramaikan oleh cendikia Muslim dan non-Muslim dari seluruh bangsa.

Acara dua-hari ini akan diselenggarakan dari jam 8:30 pagi hingga 7 malam pada 10 dan 11 Juli. Pada hari terakhir akan diadakan perjamuan penggalangan dana pada pukul 7-10 malam.


Menurut Rashid, ide datang setelah pidato Presiden Barack Obama di Kairo pada bulan Juni, di mana ia berbicara tentang keinginan untuk meningkatkan hubungan antara Amerika Serikat dan Timur Tengah.

"Kami pikir ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk mengumpulkan para pemimpin Muslim di Amerika untuk berbicara tentang bagaimana kemitraan ini akan dibangun," ujar Rashid.

"Kami merasa kami berada dalam posisi yang terbaik untuk membantu membentuk dialog semacam itu dan membantu untuk memajukan beberapa inisiatif."

Museum ini pertama kali dibuka pada April 2001, awalnya sebagai pameran rincian kontribusi Muslim Spanyol untuk Eropa.

Museum ini terletak di 201 East Pascagoula Street.

Tarif masuk sehari-hari adalah $ 13 sedangakan tiket masuk acara tersebut untuk para senior adalah $ 10 dan $ 7 untuk siswa.


Lebih dari 25.000 orang mengunjungi pameran tersebut, kata Rashid.

Museum itu dijadwalkan untuk ditutup pada bulan September 2001 tetapi serangan 9 / 11 menyebabkan rasa tertarik yang baru, katanya, dan museum tetap dibuka.

Museum telah menampilkan pameran yang disebut "Legacy of Timbuktu: Wonders of Written Word," yang menampilkan tulisan-tulisan Afrika yang hilang dari abad pertengahan.

Tulisan-tulisan yang menjadi contoh keaksaraan Afrika, kata Rashid.

Dalam pandangan Rashid, museum adalah perencanaan proyek yang akan datang untuk mengintegrasikan beberapa temuan baru di dalam program pameran sejarah di seluruh negara.

Disebut, "Proyek untuk Pendidikan Mississippi," bertujuan untuk memperkenalkan informasi, bersama dengan lokakarya pelatihan guru, di 25 negara pada 2009-2010.

Selain itu, Rashid mengatakan dia berharap bahwa sekitar setengah dari para siswa di negara mereka akan dapat mengunjungi museum tahun depan.

"Dasar misi kami adalah untuk mendidik masyarakat tentang kontribusi Islam ke masyarakat mereka dan di dalam masyarakat global," katanya.

Orang menganggap sebuah museum lebih mendidik dan menghibur. Tidak ada ketakutan akan "indoktrinasi". Hal ini membuat sebuah museum menjadi salah satu alat yang paling ampuh untuk menyampaikan pesan ke masyarakat.

“Anda tidak akan mendapatkan ribuan non-Muslim berada di sebuah Masjid. Ini adalah mengapa umat Islam perlu menyadari pentingnya museum ini”

Beberapa waktu lalu, sebuah pameran bertajuk “Sultans of Science” mengenai penemu-penemu Muslim juga dibuka, menampilkan beberapa penemuan unik seperti “pesawat pertama’ dan jam Gajah. (iol) SUMBER :SABILI.CO.ID

PARLEMEN ISRAEL HALANGI PENYERAHAN DATARAN GOLAN



Komisi Hukum di kabinet Rezim Zionis Israel mengesahkan draft mengenai penarikan mundur dari Dataran Tinggi Golan yang hanya mungkin dilakukan dengan kesepakatan parlemen atau digelarnya referendum. Draft yang diberi nama program undang-undang Golan ini, jika disahkan oleh parlemen Israel bisa menjadi penghalang serius terhadap upaya pengembalian Golan kepada Suriah.

Keputusan ini mengemuka pada Ahad (12/7) di saat Komisi Hukum Kabinet Rezim Zionis yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengesahkan draft ini bersamaan dengan kunjungan Frederick Hoff ke Israel. Hoff dalam kunjungan ini membawa misi dari Wakil Khusus AS di Timur Tengah, George Mitchell.

Rezim Zionis merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang Juni 1967 atau 42 tahun yang lalu, dan hingga kini terus mendudukinya. Satu dekade perundingan langsung Israel-Suriah yang berlangsung antara tahun 1991 hingga 2000 mengalami kebuntuan karena pihak Tel Aviv berulangkali melakukan pelanggaran. Kemudian digelar perundingan tidak langsung antara Suriah dan Israel dengan mediator Turki tahun 2008. Namun setelah berlangsung empat putaran perundingan tersebut tetap yang tidak mencapai hasil.

Dengan dasar ini Suriah mendesak dibukanya kembali perundingan mengenai penyerahan Dataran Tinggi Golan oleh Israel. Sementara di seberang sana, Deputi Menlu Israel, Danny Ayalon menegaskan bahwa Tel Aviv tidak bersedia menerima prasyarat apapun untuk berunding dengan Suriah.

Tidak diragukan lagi, rezim Zionis memang harus meninggalkan Dataran Tinggi Golan. Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 242 dan 338 yang di keluarkan pada tahun 1967 dan 1973 berisi desakan agar Zionis mundur tanpa syarat dari Golan.

Posisi georgrafis Golan yang strategis dan penting membuat rezim Zionis tetap menolak menyerahkan wilayah ini kepada Suriah. Selain strategis, Golan juga kaya air. Untuk itu selama 42 tahun terakhir, rezim Zionis yang telah membangun 30 distrik Zionis dan menempatkan lebih dari 100.000 orang Zionis di sana, berupaya memupus kemungkinan pengembalian dataran Tinggi Golan kepada pemilik sebenarnya, yaitu Suriah.

Ironisnya, rezim Zionis dan AS sebagai pelindungnya, justeru menyebut Suriah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kebuntuan proses damai Timur Tengah. Di saat yang sama, Israel tidak bersedia mengembalikan Golan, padahal hal inilah yang menjadi kunci penyelesaian isu Timur Tengah. Dalam kaitan ini, Presiden Israel, Shimon Peres menyatakan bahwa Damaskus jangan berharap Israel bersedia mengemas Golan dalam kemasan perak lalu menyerahkannya kepada Suriah. Pernyataan itu segera ditanggapi Menlu Suriah, Walid Muallem bahwa Suriah menuntut pengembalian Golan bukan dalam kemasan perak tetapi dalam kemasan emas. (SUMBER :http://sabili.co.id/)