Senin, 13 April 2009

Pembina Muslim Timor Timur

Image

Kontribusi yayasan ini tidak kecil. Walau fasilitasi seadanya, tapi ia mampu menyebarkan manfaat kepada banyak orang. Yayasan Lemorai berada di garda terdepan membina para muallaf asal Timor Timur

Timor Timur memang telah terpisah dari NKRI. Namun hal itu menyisakan persoalan tersendiri bagi umat Islam. Sebab, banyak saudara-saudara semuslim di sana yang hampir saja kehilangan eksistensi akibat konstelasi politik yang terjadi. Satu-satunya cara terbaik agar akidah mereka terjaga adalah dengan berhijrah ke berbagai daerah di Indonesia.

Karena itu pulalah di kawasan Dusun Babakan Mulya RT 01/06 Desa Gunung Manik, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, berdiri Yayasan Lemorai Timor Timur Indonesia. Lemorai sendiri berarti perkumpulan muallaf asal Timor Timur.

Adalah H Hasan Basri Roberto Freitas yang menjadi pionirnya. Ketika terjadi pemisahan provinsi Timor Timur yang kini menjadi Republik Timor Leste, ia melihat banyak kaum Muslimin dan muallaf di sana yang berada di persimpangan jalan. Karena itu, untuk menjaga akidah mereka, ia merasa bahwa mereka perlu dihijrahkan ke berbagai daerah.

Jawa Barat merupakan satu daerah tujuan yang dirasa kondusif bagi pembinaan Muslim dan muallaf Timor Timur. Selain karena banyak lembaga keislaman yang peduli terhadap mereka, berdiri juga banyak pesantren di sana. Hasan Basri sendiri telah banyak menyalurkan anak muallaf Timor Timur itu ke berbagai daerah di Indonesia dan dititipkan ke berbagai pesantren. Kanwil Depag Jawa Barat dan NU Jabar sendiri cukup memberi kemudahan kepada para mereka, setelah mendapat rekomendasi dari MUI Timor Timur (1998).

Yayasan Lemorai resmi merjalankan aktivitasnya per 27 Desember 2000. Lembaga ini berkembang dengan fasilitas sederhana. Tapi, itu tak menjadikan syiar dakwah Islam surut. Dengan kondisi terbatas, pihak yayasan kini sedang mengupayakan penyempurnaan pembangunan masjid, pembangunan asrama putra, asrama putri dan gedung lain yang dibutuhkan guna proses pendidikan agama yang dilakukan di sana. Gedung untuk pesantren pun dilengkapi dengan gedung buat laboratorium komputer dan bahasa serta satu unit gedung untuk konveksi.

“Di sini ada sekitar 54 orang anak yang dididik layaknya sebuah pesantren. Jumlahnya 35 orang putra dan 12 orang putri. Mereka tidak hanya berasal dari Timor Timur saja. Tapi ada beberapa daerah, seperti dari NTT, Poso dan Sulawesi,” ungkap Hasan Basri kepada Sabili beberapa waktu lalu.

Luas tanah yang dimiliki sekitar 3000 M2. Untuk masjid yang dibangun sekitar tahun 2004-2005 seluas 7x11 meter. Ada pula Panti Asuhan Yatim Piatu Lathiful Muhtadin serta rencananya dibangun pesantren Lemorai. Sebagai langkah, para santri belajar di masjid. Karena itu, pembangunan asrama putra pun menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak.

Selama ini, pembangunan gedung tersebut hanya mengandalkan donatur perorangan. Untuk kebutuhan sehari-hari selama sebulan dibutuhkan sekitar 7 juta rupiah. Sementara itu, bantuan yang didapat dari para dermawan yang menyisihkan rezekinya hanya sebesar 1,2 juta rupiah. “Kita selalu yakin dengan Allah. Allah akan mencukupkan segala kebutuhan itu asalkan kita semua istiqamah berjuang di jalan-Nya,” ujar Hasan, optimis.

Menurut Siyaman Abdullah, seorang pengajar di sana, ia beserta dua orang ustadzah Timor Timur dan Sulawesi yang mengajar anak didik putri bahu-membahu membina mereka untuk memahami Islam secara utuh. Mereka diberi pendidikan tentang tauhid, akidah, bahasa Arab, hapalan al-Qur’an serta pelajaran Islam lainnya.

Proses belajar-mengajar yang dijalankan memang berbeda dari yang lain. Usai Shubuh para santri dididik untuk mampu menghapal al-Qur’an. Mereka belajar sampai pukul 12 siang di SD dan SMP setempat. Lalu dilanjutkan pemberian materi sampai menjelang Ashar, kemudian Maghrib sampai Isya. Mereka menerima materi bahasa Arab atau pelajaran Islam lainnya.

“Selain itu mereka pun mengikuti ekstrakurikuler, seperti olah raga, cara menanam sayuran serta anak-anak putra disuruh membantu pembangunan. Sementara santri putri diperbantukan untuk menyediakan makanannya,” tambah Siyaman Abdullah. Ia mengakui pula, anak didiknya kini ada yang telah mampu menghapal 1-2 juz al-Qur’an.

Saddam Hussein, salah seorang santri di sana menuturkan, dirinya sangat senang dan menikmati suasana belajar di sana. Ia yang tadinya tidak paham dengan soal keislaman dapat memahami ajaran Islam itu. “Pokoknya walau dalam kedaan terbatas, tetapi saya pribadi ternyata mampu belajar secara baik,” ujarnya, penuh semangat.

Yayasan Lemorai Timor Timur ini sendiri dibina langsung oleh Ustadz Aan Zuhana. Tidak sekadar menjalankan program internal saja, Lemorai juga melakukan berbagai kegiatan, antara lain: program baca al-Qur’an setiap Kamis malam dan berbaur dengan warga sekitar. Bahkan setiap Sabtu malam digelar kegiatan dakwah dan tabligh keliling di berbagai tempat dengan menghadirkan dai-dai dari luar daerah.

Berbagai kegiatan insidentil juga turut menyemarakkan kegiatan yayasan ini. Sekadar contoh, pelaksanaan pemotongan hewan qurban yang bekerja sama dengan FUUI beberapa waktu lalu. Lebih-lebih menurut Hasan Basri, ada beberapa daerah yang dekat dengan tempat tinggalnya, yaitu Haur Ngombong dan Mulia Bakti yang dikenal rawan pemurtadan dan Kristenisasi.

Letak Lemorai kurang lebih 30 km dari Kota Bandung dan 15 km dari pusat kota Kabupaten Sumedang. Namun, keberadaannya cukup membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat. Akhirnya, masyarakat sedikit demi sedikit mulai mau mempelajari Islam secara baik dan beribadah secara benar. Bahkan, bupati atau pejabat, seperti Kapolres Sumedang mau datang berkunjung ke sana. Padahal, hal itu sebelumnya tidak pernah terjadi.


Amar, salah seorang tokoh muda di sana, cukup positif menanggapi kehadiran yayasan itu. Mulanya, ia menganggap Muslim Timor Timur bersikap eksklusif. Ternyata sangkaan itu salah besar, sebab mereka ternyata mau membaur dengan masyarakat asli.

Meski memiliki masjid besar, namun mereka tetap melakukan shalat Jumat di masjid Jami yang ada di daerah itu. Tidak itu saja, mereka juga bisa memberikan kontribusi positif bagi warga. Mereka mampu membuat jalan masuk yang tadinya hanya lorong-lorong dan membangun lapangan bola voli bagi warga.

“Paling tidak kami bisa menciptakan ukhuwah islamiyah di tempat kami. Terus terang, mereka (Muslim Timor Timur—red) adalah orang yang baik untuk diajak bekerja sama, terutama di saat melakukan dakwah Islam kepada masyarakat sekitar,” tegas Amar.

Karenanya yayasan ini membutuhkan dukungan dari berbagai ormas dan lembaga Islam yang ada. Karena, apa pun dukungan yang diberikan tentu akan diterima. Yang tak kalah penting adalah mengupayakan agar perjuangan para muallaf Timor Timur terlihat dan memberi kontribusi nyata bagi kemajuan Islam itu sendiri.

Yayasan Lemorai Timor Timur Indonesia hanyalah bagian kecil dari Islam itu sendiri. Mereka patut mendapat perhatian dari siapa pun yang peduli terhadap saudara mereka sesama Muslim. Semoga perjuangan Hasan Basri Roberto Freitas bermanfaat bagi orang banyak. Yang tak kalah pentingnya juga adalah menjaga, membentengi dan membina akidah Islamiyah para muslim dan muallaf Timor Timur agar menjadi Muslim yang kaffah. Saat ini adalah waktu terbaik untuk melakukannya.

(dari :http://sabili.co.id/index.php/200904051510/Jaulah/Pembina-Muslim-Timor-Timur.htm)

Rabu, 01 April 2009

Keadaan darurat di Filipina

Image
Namun pemerintah Filipina mengatakan pihaknya tidak bisa menarik mundur semua pasukannya

Keadaan darurat diberlakukan di satu pulau di Filipina Selatan tempat kelompok militan yang menyandera tiga pekerja bantuan, mengancam akan membunuh satu diantara mereka.


Dengan pengumuman keadaan darurat ini, seluruh pasukan keamanan bersiaga di pulau Jolo dan melarang orang-orang untuk berlalu-lalang dengan bebas.

Pasukan pemberontak Abu Sayyaf mengancam akan memenggal satu dari tiga pekerja Palang Merah yang disandera pukul 0600 GMT hari ini jika pasukan keamanan tidak mundur.

Tetapi sampai sejauh ini belum ada keterangan mengenai nasib para sandera itu.

Warga negara Swiss, Andreas Notter, warga Italia Eugenio Vagni dan warga Filipina Mary Jean Lacaba ditangkap tanggal 15 Januari lalu dan sejak itu mereka disandera di kawasan hutan di pulau Jolo.
Tiga pekerja bantuan itu diciduk setelah mengunjungi satu penjara setempat, tempat sebuah proyek air yang dibiayai oleh Palang Merah Internasional, ICRC.

Direktur Palang Merah Filipina mengeluarkan himbauan saat-saat terakhir kepada kelompok militan agar tetap membiarkan para sandera hidup.

"Seluruh keluarga Palang Merah berdoa untuk anda dan kami bangga atas cara cara anda bersikap," kata Senator Richard Gordon dalam pidatonya sambil menangis di televisi.

Paling sedikit 800 pasukan dari total seribu pasukan sudah ditarik dari pulau Jolo.

Namun pemerintah Filipina mengatakan pihaknya tidak bisa menarik mundur semua pasukannya karena itu artinya penduduk biasa di pulau itu akan rentan terhadap serangan-serangan kelompok militan.

Kelompok Abu Sayaff punya sejarah memenggal para tahanannya.

Tahun 2001, warga Amerika bernama Guillermo Sobero tewas dibunuh setelah pemerintah menolak upaya pemberontak untuk merundingkan sandera di pulau tetangga, pulau Basilan. (bbc)