Senin, 01 Maret 2010

Mubaligh 58 Tahun Asal Nepal Naik Haji dengan Bersepeda

Rabu, 24 Februari 2010 13:09

Maulana Taslimuddin Shah, mubaligh berusia 58 tahun dari Nepal Selatan
















NEPAL – Semangat mubaligh asal Nepal ini patut ditiru. Dengan modal minimal tak menghalangi cintanya kepada Islam untuk memenuhi panggilan rukun Islam yang terakhir. Tak ada biaya naik pesawat, bersepeda berbulan-bulan pun ditempuh untuk bisa menunaikan perintah Ilahi di tanah Arab.
Maulana Taslimuddin Shah, mubaligh berusia 58 tahun dari Nepal Selatan telah memulai perjalanan ibadah hajinya tahun ini ke Mekkah dan Medinah, dengan mengendarai sepeda.

Berjangut putih, mengenakan karangan marigold di atas sebuah syal kotak-kotak merah Islami, Shah memulai perjalanannya pekan lalu (17/02) dalam upaya menunaikan ibadah Haji dan juga untuk menyampaikan doa bagi perdamaian di Nepal dan diundangkannya konstitusi baru di negara tersebut. Bersepeda sendirian, Shah memiliki dana sebesar 30.000 rupee Nepal untuk biaya sepanjang pengembaraannya. Ia juga membawa bendera segitiga yang unik dari Nepal dengan simbol matahari dan bulan, dan bendera hijau organisasi muslim Nepal, Muslim Ittihad yang memberinya sepeda yang digunakan untuk perjalanan berhaji.

Pemberhentian pertamanya akan direncanakan di New Delhi. Pengendara sepeda haji ini berharap dapat mencapai tujuan perjalanannya yang berjarak 10,000 km dalam waktu sembilan bulan.

Dari India, ia kemudian akan melakukan perjalanan melalui Pakistan, Iran, Irak dan Turki.

Maulana Taslimuddin Shah adalah mubaligh dari desa Devpura distrik Dhanusha di dataran Terai Nepal selatan.(voa-Islam)by:sabili

Sabtu, 07 November 2009

DUA PERBEDAAN ANTARA YANG BERILMU DAN YANG BODOH

Dikatakan :

1. "Orang yang berpengetahuan tidak akan merasa asing di manapun ia berada.

2. Orang yang tidak berpengetahuan akan merasa terasing di manapun ia berada."

Orang berilmu dan beramal shalih akan selalu di hormati dan dimuliakan orang di mana saja ia berada. Sebaliknya, keberadaan orang bodoh di mana saja ia berada tetap tidak dihiraukan oleh orang dan akan mengalami kesulitan di manapun ia berada.

Jadikan Masjid sebagai Pusat Kegiatan

Jumat, 06 November 2009


Jadikan Masjid sebagai Pusat KegiatanFREEWEBS.COM

Masjid Agung Jawa Tengah, selain sebagai pusat dakwah dalam arti luas, juga sebagai salah satu tujuan wisata.

JAKARTA--Masjid hendaknya tidak hanya sekadar dijadikan sebagai tempat ibadah semata, namun masjid harus dijadikan sebagai institusi dakwah dalam arti luas. Ini ditegaskan KH Natsir Zubaidi, Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), di sela-sela Festival Masjid ke-4 di Nagoya Hill, Batam, Jumat (6/11).

Dikatakan Natsir, jika ibadah kepentingannya untuk pribadi individu. ''Namun jika dakwah dalam arti luas, kepentingannya untuk keluarga, tetangga, masyarakat sekitar, bahkan bangsa ini,'' paparnya. Dakwah dalam arti luas ini dilakukan menyangkut segala aspek. Yaitu akidah, syariah, akhlak, ilmu pengetahuan peradaban. Serta mu'amalah yang menyangkut masalah sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Selama ini menurutnya, dakwah yang dilakukan di masjid-masjid, tidak menyentuh atau mendalam pada seluruh aspek tersebut. ''Ini yang ke depan perlu ada pembenahan-pembenahan. Termasuk dakwah yang dilakukan haruslah berpijak pada sosial kultur masyarakat setempat,'' tandas Natsir.

Metode dakwah inilah menurut Natsir yang juga diterapkan oleh Wali Songo. Sehingga dakwah yang dilakukan Walisongo mudah diterima masyarakat. Karena itulah menurut Natsir, masjid hendaknya dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sekitarnya. ''Tentunya jika sebagai pusat kegiatan, perlu memperluas atau memperbanyak perangkat masjid,'' kata Natsir.

Ia mencontohkan Masjid Al Azhar (Jakarta) dan masjid Al Falah (Surabaya) yang selain sebagai tempat ibadah, pusat dakwah, juga merupakan pusat pendidikan. ''Kemudian seperti Masjid Agung di Jawa Tengah, selain sebagai pusat dakwah dalam arti luas, juga sebagai salah satu tujuan wisata,'' tegasnya.

Festival Masjid ke-4 kali ini semula direncanakan di Masjid Raya Batam. ''Namun kami mendapat banyak masukan, jika digelar di Nagoya Hill, maka akan mendapat perhatian dari seluruh umat dan kalangan dari berbagai negara yang bekerja di kawasan itu. Karena Nagoya Hill merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Batam,'' kata Natsir.

Sebelumnya, Festival Masjid pertama diselenggarakan di Masjid Istiqlal, kedua di Masjid Al Azhar, Ketiga di Masjid AtTien dan keempat di Nagoya Hill Batam. osa/taq .By Republika Newsroom