Sabtu, 07 November 2009

DUA PERBEDAAN ANTARA YANG BERILMU DAN YANG BODOH

Dikatakan :

1. "Orang yang berpengetahuan tidak akan merasa asing di manapun ia berada.

2. Orang yang tidak berpengetahuan akan merasa terasing di manapun ia berada."

Orang berilmu dan beramal shalih akan selalu di hormati dan dimuliakan orang di mana saja ia berada. Sebaliknya, keberadaan orang bodoh di mana saja ia berada tetap tidak dihiraukan oleh orang dan akan mengalami kesulitan di manapun ia berada.

Jadikan Masjid sebagai Pusat Kegiatan

Jumat, 06 November 2009


Jadikan Masjid sebagai Pusat KegiatanFREEWEBS.COM

Masjid Agung Jawa Tengah, selain sebagai pusat dakwah dalam arti luas, juga sebagai salah satu tujuan wisata.

JAKARTA--Masjid hendaknya tidak hanya sekadar dijadikan sebagai tempat ibadah semata, namun masjid harus dijadikan sebagai institusi dakwah dalam arti luas. Ini ditegaskan KH Natsir Zubaidi, Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), di sela-sela Festival Masjid ke-4 di Nagoya Hill, Batam, Jumat (6/11).

Dikatakan Natsir, jika ibadah kepentingannya untuk pribadi individu. ''Namun jika dakwah dalam arti luas, kepentingannya untuk keluarga, tetangga, masyarakat sekitar, bahkan bangsa ini,'' paparnya. Dakwah dalam arti luas ini dilakukan menyangkut segala aspek. Yaitu akidah, syariah, akhlak, ilmu pengetahuan peradaban. Serta mu'amalah yang menyangkut masalah sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Selama ini menurutnya, dakwah yang dilakukan di masjid-masjid, tidak menyentuh atau mendalam pada seluruh aspek tersebut. ''Ini yang ke depan perlu ada pembenahan-pembenahan. Termasuk dakwah yang dilakukan haruslah berpijak pada sosial kultur masyarakat setempat,'' tandas Natsir.

Metode dakwah inilah menurut Natsir yang juga diterapkan oleh Wali Songo. Sehingga dakwah yang dilakukan Walisongo mudah diterima masyarakat. Karena itulah menurut Natsir, masjid hendaknya dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sekitarnya. ''Tentunya jika sebagai pusat kegiatan, perlu memperluas atau memperbanyak perangkat masjid,'' kata Natsir.

Ia mencontohkan Masjid Al Azhar (Jakarta) dan masjid Al Falah (Surabaya) yang selain sebagai tempat ibadah, pusat dakwah, juga merupakan pusat pendidikan. ''Kemudian seperti Masjid Agung di Jawa Tengah, selain sebagai pusat dakwah dalam arti luas, juga sebagai salah satu tujuan wisata,'' tegasnya.

Festival Masjid ke-4 kali ini semula direncanakan di Masjid Raya Batam. ''Namun kami mendapat banyak masukan, jika digelar di Nagoya Hill, maka akan mendapat perhatian dari seluruh umat dan kalangan dari berbagai negara yang bekerja di kawasan itu. Karena Nagoya Hill merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Batam,'' kata Natsir.

Sebelumnya, Festival Masjid pertama diselenggarakan di Masjid Istiqlal, kedua di Masjid Al Azhar, Ketiga di Masjid AtTien dan keempat di Nagoya Hill Batam. osa/taq .By Republika Newsroom

Clinton: Pembekuan Permukiman Yahudi Bukan Syarat Perundingan

Senin, 02 November 2009 03:57

Al-Quds (terjajah) –Secara gamblang dan jelas Menlu AS, Hillary Clinton kemarin Sabtu (31/10) mengumumkan bahwa pembekuan pembangunan permukiman Yahudi bukan syarat bagi dilanjutkannya proses perundingan antara pihak Zionis Israel dengan pihak Otoritas Palestina (OP) di Ramallah. Sebuah pernyataan yang menjadi pukulan telak bagi Mahmud Abbas saat menemui Clinton di ibukota Uni Emirat Arab, Abu Dhabi.

Dalam jumpa pers dengan PM Zionis Israel, Benyamin Netanyahu di Al-Quds (terjajah), Clinton menegaskan dengan mengatakan, “Pembekuan pembangunan permukiman Yahudi bukan sebuh syarat bagi proses perundingan politik. Namun itu hanya sekedar usulan bukan sebagai syarat.” Dengan pernyataan tegas ini, apa yang sering didengungkan oleh Mahmud Abbas dan kelompoknya soal persyaratan tersebut menjadi batal adanya.

Menurut nyonya Clinton ini, “Kedua belah pihak (Abbas dan Zionis Israel) untuk segera memulai pembicaraan perundingan secepat mungkin.” Ia menambahkan bahwa dirinya tidak akan berbicara tentang syarat-syarat yang diajukan kedua belah pihak hanya untuk memulai perundingan damai.

“Yang penting sekarang harus mengambil sikap, setelah itu kalau ada perubahan bisa dibicarakan dalam perundingan tersebut. Ini yang harus diprioritaskan,” tambah Clinton yang mengisyaratkan tekanan kepada Abbas untuk segera berunding tanpa ragu lagi.

Sementara itu, Netanyahu tetap mensyaratkan kepada Abbas untuk memulai perundingan damai dengan mengakui negara Israel sebagai negara Yahudi. Ia menilai bahwa Zionis tidak mendirikan permukiman-permukiman baru.
“Kami ingin ada kemajuan di masing-masing pihak, baik antara Israel-Palestina dan pada level regional yang terkait dengan masalah perdamaian. Kami siap duduk di meja perundingan segera,” klaim Netanyahu menutup jumpa pers. (Assiramani) sumber:http://www.sabili.co.id/

Selasa, 03 November 2009

Orang Swedia Yakin Bahwa Amerika Yang Merencanakan Serangan 11 September


Hasil sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa satu dari setiap 5 orang Swedia di bawah usia 30 tahun percaya bahwa pemerintah AS berperan dalam serangan 11 September 2001.

Menurut kantor berita Swedia (TT), jajak pendapat yang dilakukan oleh Tovous Opinion atas permintaan program televisi Swedia (Kala Vakta) menjelaskan bahwa sejumlah besar di antara pemuda Swedia percaya dengan teori-teori konspirasi yang diadopsi oleh “Gerakan Kebenaran”, yang juga dikenal sebagai Masyarakan Peneliti (Research Society) 11 September.

Kantor berita tersebut mencatat bahwa sekelompok orang mengadopsi pemikiran yang mengatakan bahwa jaringan teroris Al-Qaeda tidak bertanggung jawab atas serangan 11 September, tetapi semua itu tidak lain hanyalah sebuah insiden yang direkayasa oleh mantan Presiden Pemerintahan Amerika, George Bush untuk membenarkan perang melawan terorisme.

Dari hasil jajak pendapat terhadap seribu rakyat Swedia diketahui bahwa 70% dari responden percaya bahwa Al-Qaeda yang telah melakukan serangan itu, sementara ada 7% responden yang menolaknya.

Sedangkan pada kelompok usia di bawah usia 30 tahun diketahui bahwa hanya 58% saja yang meyakini bahwa militan Islam yang bertanggung jawab atas serangan itu, sebaliknya 15% tidak meyakininya, dan ada 18% yang percaya bahwa pemerintah AS yang memainkan peran dalam semua serangan.

Namun dalam hal ini, kantor berita tersebut tidak menjelaskan kapan waktu pelaksanaan jajak pendapat itu, dan juga tidak menjelaskan seberapa kemunkinan margin kesalahannya. (mediaumat.com, 3/11/2009)

Minggu, 01 November 2009

Somalia: Babak terbaru Perang Amerika terhadap Teror

Somalia: Babak terbaru Perang Amerika terhadap Teror

Oleh : Sajjad Khan (HT Inggris)


Kunjungan Menlu AS Hilary Clinton ke Afrika dan pertemuannya dengan presiden Somalia Sheikh Sharif Ahmed mengingatkan kembali terhadap ketidakstabilan Somalia sebagaimana disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terparah di Afrika saat ini. Kelompok pemberi bantuan meyakini bahwa sepertiga warga negeri itu atau sekitar 4 juta orang memerlukan bantuan pangan.

Seperti yang terjadi di Pakistan dan Afghanistan, AS berniat menggunakan Perang melawan Teror sebagai alasan mudah untuk melaksanakan kebijakan luarnegerinya. Somalia yang telah mengalami kekacauan selama lebih dari dua dekade mulai menikmati masa damai di penghujung 2006 sampai agen AS Ethiopia memutuskan untuk menginvasi Somalia dan mengusir Dewan Pengadilan Tinggi Islam atau Supreme Islamic Courts Council (SICC), yang menyebabkan mengungsinya 1 juta warga untuk menghindari pertempuran. Namun demikian, AS masih saja mengancam negara seperti Eritrea dan siapapun yang melawan pemerintah transisi Somalia dengan meningkatkan aktifitas di wilayah Tanduk Afrika ini yang berjalan bersamaan dengan operasi militer di Afghanistan dan Pakistan. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, kebijakan luar negeri AS tidak berubah secara substansial sejak penggantian presiden AS di tahun 2009.

Mitos

Ada mitos besar yang menyelimuti Somalia, yaitu bahwa Somalia adalah negara yang gagal secara alami dan selalu menderita perang saudara antara para penguasa suku lokal, faksi sekuler dan faksi islam dan kini antara faksi islam moderat yang dipimpin Sharif dan islam radikal yang dipimpin kelompok Al Shabab. Meskipun sekilas nampaknya benar, adanya intervensi AS dan sekutunya terutama Eithopia juga perlu diperhatikan. Dengan dana yang mengalir dari pemerintahan Bush di tahun 2006, tentara Eithiopia membantai warga sipil, melakukan tindak kejahatan perang dan didukung oleh serangan AS dengan alasan adanya ancaman SICC yang merupakan tonggak terorisme. Ini semua terjadi meskipun SICC telah berhasil membawa kestabilan di Somalia. Sejak secara resmi mundur dari Somalia di bulan Januari 2009, pasukan Ethiopia masih bercokol di Somalia untuk melindungi kepentingan asing Barat. Di samping itu keberadaan pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika juga melakukan tugas untuk menjaga kepentingan Barat di sana.

Meskipun di atas kertas Sheikh Sharif adalah Presiden Somalia, kekuasaannya tidak melebihi luas kamar rumahnya sendiri karena pasukannya tidak mengontrol wilayah negerinya sendiri. Sharif juga telah terasing hampir 2 tahun (sebagian waktu diantaranya ia habiskan untuk diinterogasi oleh kedutaan AS di Kenya), sebelum ia menjadi presiden di Somalia (dimana ia tidak memiliki dukungan kuat secara politik maupun kekuasaan yang sesungguhnya). Lebih jauh lagi, pemilihan dirinya pun dilakukan di negeri tetangga Djibouti karena terlalu berbahaya untuk dilakukan di Somalia. Pertemuan Sharif dengan Clinton juga terjadi di luar Somalia, suatu hal yang menunjukkan betapa berbahayanya Somalia bagi Menlu Clinton. Sharif sebagai bekas ketua sayap politik SICC kini didukung oleh Ethiopia dan Amerika, yang menggunakannya sebagai agen untuk membendung kekuatan Islam yang mulai meningkat. Dukungan Clinton terhadap Sharif secara terang-terangan terhadap pemerintahan transisi menunjukkan usaha memperkuat kubu politik Sharif sambil terus memasok milisi yang mendukungnya melalui pengiriman senjata melalui Ethiopia. Disamping terus mendukung Sharif untuk melawan ekstrimisme, AS juga terus melindungi kepentingan jangka panjang untuk menempatkan kekuatan militernya di Afrika melalui pembentukan pusat komando yang disebut AFRICOM.
AFRICOM: Alat kolonialisasi baru
Ditujukan untuk memenuhi posisi Afrika sebagai wilayah strategis bagi AS, AFRICOM telah mengkonsolidasi seluruh Afrika kecuali Mesir dalam satu pusat komando wilayah militer (dimana sebelumnya terbagi menjadi tiga). AFRICOM memulai operasinya pada bulan Oktober 2008 dan bertujuan untuk memiliki pusat operasi di Afrika, namun Washington belum berhasil meyakinkan sekutunya untuk menentukan posisi markasnya. Kepentingan strategis AS saat ini menurut lembaga Stratfor adalah:
Mendukung keamanan maritim dan kestabilan negeri penghasil minyak di wilayah Teluk Guinea dimana Nigeria memilki pengaruh
Menghalau bajak laut dari Tanduk Afrika
Menghapus persembunyian organisasi teroris internasional
Menghentikan penyebaran faham Islam Radikal di Tanduk Afrika dan sepanjang Afrika Utara.

Memperebutkan Afrika
Kepentingan-kepentingan tersebut terlihat menonjol dengan kedatangan Presiden Obama dan menlu AS ke Afrika dalam beberapa bulan saja sejak menggantikan Presiden Bush. AS juga sangat mengkhawatirkan pengaruh Cina di Afrika yang semakin kuat. Didorong oleh kebutuhan mineral dan energi, Cina melakukan banyak bisnis di sana yang semakin menyaingi AS di benua Afrika. Salah satu kritik terhadap Bush, yang kini bergabung dengan pemerintahan Obama, mengatakan bahwa Bush terlalu terobsesi dengan Iraq sehingga melupakan Afrika. Kekhawatiran terhadap minyak, sumber energi, pengaruh Cina, dan jalur laut akan selalu menjadi prioritas AS. Namun kini AS juga mulai memperhitungkan ancaman Ideologi Islam yang menguat di Tanduk Afrika yang memiliki gejala untuk menyatu dengan Timur Tengah. Banyak analis Pentagon secara terbuka menyatakan adanya migrasi kaum ekstrimis dari Afghanistan dan Pakistan ke negara seperti Somalia dan Yaman. Maka jelaslah bahwa Washington akan memperluas perang yang kini berkobar di Asia Selatan ke wilayah Afrika dengan alasan keamanan negara dan melenyapkan terorisme.
Dengan demikian, Somalia dan Afrika menjadi sasaran keinginan AS untuk mengendalikan sumber alam dunia. Semua presiden AS akan selalu menerapkan kebijakan untuk mendukung para rezim brutal selama mereka mampu melindungi kepentingan AS di Timur Tengah, Asia Selatan, atau Afrika. Ketimbang membelanjakan ratusan bilyun dolar (yang hanya sedikit dibandingkan dana talangan yang digelontorkan untuk menyelamatkan Bank yang terancam jatuh) yang akan menyelesaikan kemiskinan dan penyakit dari Afrika, AS justru lebih tertarik melanjutkan penerapan kebijakan seperti pendudukan militer, serangan rudal, campur tangan politik. Ini terlihat dari kata-kata Menlu AS Clinton yang berani-beraninya mengecam intrusi Eritrea dalam masalah Somalia, padahal ia tidak mengucapkan kata-kata apapun tentang apa yang invasi Ethiopia lakukan terhadap Somalia. Sebenarnya segala bentuk intrusi atau campur tangan terhadap Somalia, baik oleh Amerika sendiri dan sekutunya, tidak bisa diterima.
Somalia di tahun 2006 berada dalam situasi stabil, namun ini tidak cukup bagi AS yang menginginkan Somalia sebagai boneka dan menguasai Mogadishu. Keinginan inilah yang membuat AS sebagai penyebab terjadinya kekerasan dan kekacauan yang terjadi di Somalia. Tentu saja AS akan selalu bertindak menurut kepentingan nasionalnya terlepas dari siapapun presidennya. Ancaman terburuk yang dihadapi oleh warga Kairo, Damaskus, dan Mogadishu bukanlah rencana yang disusun dari Somalia maupun Tanduk Afrika tapi yang berasal dari Washington, Tel Aviv, dan London. Negeri yang memimpin dunia dalam perdagangan budak Afrika di abad 18 kini masih terus bermain politik mengekploitasi warga Afrika di abad 21 ini dengan mendukung rezim ilegal seperti Sharif dan junta militer Ethiopia yang brutal. Ketakutan akan kembalinya Khilafah yang terbentang dari Asia hingga Tanduk Afrika membuat pembuat kebijakan AS kehilangan tidur . Dan itu sebabnya pula mengapa kebijakan AS sangat bernuansa militer. Pandangan seperti ini bukanlah sekedar paranoid karena terlihat dari agenda AFRICOM dan juga sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Universitas Maryland dimana mayoritas warga muslim mendukung tegaknya Khilafah di dunia Islam, dan ini tinggal masalah waktu saja yang bisa terjadi kapan saja. Bukanlah suatu kebetulan bahwa Nigeria dan Angola sebagai negeri eksporter minyak terbesar dari Afrika adalah sahabat AS terbaik ketika AS sedang mencari alternatif sumber energi disamping Timur Tengah yang rawan dengan pergolakan. Afrika kini menjadi sasaran bagi kekuatan adidaya seperti AS, Cina dan Eropa untuk memperebutkan sumber alam, sebagaimana apa yang terjadi di masa kolonial dulu.
Maka poin berikut perlu diperhatikan
1. Somalia sebagaimana mayoritas negeri muslim lainnya sedang diduduki oleh kekuatan asing sejak mendaratnya Napoleon di Mesir pada tahun 1799. Negara penjajah selalu memiliki alasan mengapa mereka menduduki wilayah muslim, seperti menyerang khilafah Uthmani, melakukan perdagangan, menghentikan upaya nasionalisasi, tindakan terhadap pemerintahan boneka yang sudah tidak berguna lagi, pemusnahan senjata massal dan berbagai macam alasan lain yang penuh dengan kebohongan yang tidak berakhir.
2. Ditambah dengan situasi adanya isu bajak laut dan ekstrimisme yang justru menurut kalangan kritisi di Barat akan menjadi tambah parah apabila penderitaan di Somalia tetap berlangsung.
3. Harus ada penarikan tentara asing dari Somalia dan wilayah sekitarnya sesegera mungkin. Keberadaan pasukan asing dan pengaruhnya justru memperkeruh keadaan.
4. Pemisahan wilayah Somalia berdasarkan garis wilayah suku tertentu seperti di Iraq harus ditolak
5. Meskipun kekerasan di Somalia bersifat kronis, ini bukan merupakan perang saudara antara al Shahab melawan pemerintahan transisi sebagaimana disimpulkan oleh beberapa pihak. Banyak sekali konflik di Somalia yang melibatkan negara asing dan pasukan perdamaian Uni Afrika.
6. Sangat jelas bahwa tidak ada pemberdayaan ekonomi bagi warga Somalia dan suku-suku yang saling berperang dan bajak laut harus diberangus.
7. Keterlibatan AS di Somalia tidak bisa dipisahkan dari strategi besar AS di Timur Tengah dan Asia Selatan. Pendudukan Iraq dan Afghanistan kini memburuk dengan bertambahnya serangan roket, perang agen dan operasi rahasia. Jelas bahwa strategi AS adalah memperlemah keadaan negara-negara muslim yang penting di dunia Islam.
Penyelesaian kekacauan di Somalia ataupun di seluruh negeri muslim memerlukan tujuan yang lebih menyeluruh. Kekerasan terhadap umat Islam harus ditolak karena perang antar sesama muslim adalah yang diinginkan musuh Islam. Inilah rencana AS untuk memecah belah Afghanistan dan Pakistan, sebagaimana rencana AS di Somalia dengan mendukung Sharif melawan Al Shahab untuk memastikan bahwa setiap perlawanan terhadap AS akan dibasmi.
Maka hanya usaha yang konstruktif dan terkoordinir untuk membangun kembali Khilafah yang akan mampu untuk menyelesaikan masalah ini. Perubahan yang komprehensif dan mendasar terhadap sistem konstitusi, peradilan sekarang dengan sistem Khilafah Islam yang akan memperbaiki situasi negeri seperti Somalia. Persengketaan, anarki, dan pendudukan asing akan dihapus dimana Khilafah akan mengembalikan kestabilan, pertanggungjawaban, dan kesejahteraan dengan membangun fondasi ekonomi yang kuat dan pembuatan kebijakan yang dibuat oleh umat dan bukan oleh Washington. Hanya Khilafah yang memiliki rekam sejarah yang mampu menyatukan Arab, Asia, Afrika di bawah aqidah Islam. Hanya Khialfah yang mampu menghentikan pemerintahan despotik dan pembajak. Hanya khilafah yang bisa dipercaya untuk mengelola sumber daya alam dan bisa mendistribusikannya dengan baik ke khalayak ramai dan bukan untuk sebagian kecil saja. Hanya Khilafah yang mampu menghentikan pendudukan asing dan campur tangan politik asing dan mengembalikan harkat dan martabat umat Islam.
Semakin jelas bahwa dunia Islam tidak diperhitungkan dalam gejolak internasional seperti Somalia. Perpecahan menjadi 50 negeri kecil membuat dunia Islam mudah dimanipulasi kekuatan asing, seperti yang terjadi di Iraq, Afghanistan, dan Palestina. Apa yang muslim harus lakukan adalah mengganti kepemimpinan yang ada sekarang , menyatukan potensi kekuatan dan sumber alam, dan menggantikannya dengan sistem Khilfah. Hanya Khilafah yang bisa menghadapi tantangan global di abad 21 dan bersaing secara terbuka dan efektif dengan negara-negara lainnya di dunia. (Rusydan; www.khilafah.com)

You may also find the following link interesting: http://www.khilafah.com/index.php/analysis/africa/7702-somalia-americas-latest-front-in-the-war-on-terror

Petani Palestina Bentrok dengan Tentara Israel

01/11/2009 09:09
Liputan6.com, Bourin: Petani Palestina di Desa Bourin, Tepi Barat, bentrok dengan tentara Israel, Sabtu (31/10). Bentrokan terjadi ketika petani Palestina menggelar unjuk rasa memprotes tindakan warga Israel yang dituding telah menghancurkan puluhan pohon zaitun para petani.

Tentara Israel melepaskan tembakan air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Namun, tindakan ini dibalas pengunjuk rasa dengan melemparkan batu. Sejumlah orang ditahan dalam insiden ini. Namun, tidak ada laporan jatuhnya korban.

Kekerasan yang melibatkan warga Palestina dan pemukim Yahudi di Bourin, memang kerap terjadi. Pasalnya, wilayah yang dikenal dengan produksi zaitun ini, bersebelahan dengan permukiman Yizhar dan Bracha yang banyak dihuni warga Yahudi garis keras. Simak selengkapnya di video.(IAN/ANS)