Rabu, 01 April 2009

Keadaan darurat di Filipina

Image
Namun pemerintah Filipina mengatakan pihaknya tidak bisa menarik mundur semua pasukannya

Keadaan darurat diberlakukan di satu pulau di Filipina Selatan tempat kelompok militan yang menyandera tiga pekerja bantuan, mengancam akan membunuh satu diantara mereka.


Dengan pengumuman keadaan darurat ini, seluruh pasukan keamanan bersiaga di pulau Jolo dan melarang orang-orang untuk berlalu-lalang dengan bebas.

Pasukan pemberontak Abu Sayyaf mengancam akan memenggal satu dari tiga pekerja Palang Merah yang disandera pukul 0600 GMT hari ini jika pasukan keamanan tidak mundur.

Tetapi sampai sejauh ini belum ada keterangan mengenai nasib para sandera itu.

Warga negara Swiss, Andreas Notter, warga Italia Eugenio Vagni dan warga Filipina Mary Jean Lacaba ditangkap tanggal 15 Januari lalu dan sejak itu mereka disandera di kawasan hutan di pulau Jolo.
Tiga pekerja bantuan itu diciduk setelah mengunjungi satu penjara setempat, tempat sebuah proyek air yang dibiayai oleh Palang Merah Internasional, ICRC.

Direktur Palang Merah Filipina mengeluarkan himbauan saat-saat terakhir kepada kelompok militan agar tetap membiarkan para sandera hidup.

"Seluruh keluarga Palang Merah berdoa untuk anda dan kami bangga atas cara cara anda bersikap," kata Senator Richard Gordon dalam pidatonya sambil menangis di televisi.

Paling sedikit 800 pasukan dari total seribu pasukan sudah ditarik dari pulau Jolo.

Namun pemerintah Filipina mengatakan pihaknya tidak bisa menarik mundur semua pasukannya karena itu artinya penduduk biasa di pulau itu akan rentan terhadap serangan-serangan kelompok militan.

Kelompok Abu Sayaff punya sejarah memenggal para tahanannya.

Tahun 2001, warga Amerika bernama Guillermo Sobero tewas dibunuh setelah pemerintah menolak upaya pemberontak untuk merundingkan sandera di pulau tetangga, pulau Basilan. (bbc)

Tidak ada komentar: