Israel Bersitegang,Turki Batalkan Latihan Dengan Israel

pemerintah Turki untuk membatalkan program latihan perang bersama yang melibatkan rezim Zionis Israel
Keputusan pemerintah Turki untuk membatalkan program latihan perang bersama yang melibatkan rezim Zionis Israel membuat para petinggi Tel Aviv bak kebakaran jenggot.
Berbagai sumber diplomatik mengungkapkan adanya ketegangan dalam hubungan Turki-Israel. Di Tel Aviv para pemimpin Zionis sedang memeras otak untuk memutuskan tindakan apa yang mesti diambil untuk membalas tindakan Turki. Apalagi, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengenai latihan perang tahunan bersama yang biasanya diikuti oleh Turki, negara-negara anggota NATO dan Israel itu, mengatakan, nama Israel telah dicoret dari daftar peserta latihan perang.
Pernyataan Davutoglu itu dipandang para pengamat sebagai pemicu ketegangan hubungan Turki-Israel. Keputusan pembatalan latihan perang itu sendiri diambil setelah Turki melakukan pembicaraan dengan negara-negara angota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menurut sumber-sumber di pemerintahan Israel, sebagai tindakan balas, Tel Aviv akan meninjau ulang program penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada Turki. Media massa Israel melaporkan bahwa para petinggi Zionis sejak berakhirnya perang Gaza sudah membaca gelagat memburuknya hubungan dengan Turki.
Bagi Turki mungkin alasan mencoret nama Israel dari daftar negara-negara peserta latihan perang bersama adalah supaya Ankara tidak dipersoalkan oleh opini umum, khususnya umat Israel karena menggunakan pesawat-pesawat tempur yang telah menjatuhkan bom-bom ke atas kepala warga Palestina di Gaza. Artinya, Turki tak mau disalahkan.
Sebenarnya memburuknya hubungan itu sudah bisa dibaca ketika Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritik tajamnya terhadap Presiden Israel Shimon Perez pada sidang ekonomi di Davos. Saat itu Erdogan menyerang Perez dengan kata-kata pedas soal agresi 22 hari tentara Zionis ke Gaza.
Memburuknya hubungan Turki-Israel tentu saja membuat khawatir para pembesar Zionis. Pasalnya, di saat menjauhi Israel, Turki semakin rapat dengan negara-negara lain di kawasan. Israel maupun negara-negara Barat mencemaskan langkah Erdogan yang secara perlahan namun pasti menggiring Turki yang sekular menjadi Turki yang Islami.
Gelagat itu dicium oleh Israel. Karenanya, Tel Aviv tak mau gegabah mereaksi langkah Ankara dengan kasar. Menurut Israel, yang mesti dilakukan adalah mengikuti gerakan Turki dan mencegah langkah Ankara merapat ke negara-negara yang bermusuhan dengan Tel Aviv.
Terlepas dari pemerintahan, rakyat Turki adalah rakyat Muslim yang menaruh perhatian besar kepada nasib saudara-saudara mereka di berbagai belahan dunia, terlebih Palestina. Sejak berpuluh tahun lalu, rakyat Turki menyatakan penentangan mereka terhadap kebijakan menjalin hubungan dengan Israel. Sebab, hubungan dengan Israel bukan hanya tak mendatangkan keuntungan bagi Turki bahkan merugikan Palestina dan Dunia Islam.
Mereka mengusung satu tuntutan; "Putuskan hubungan dengan Israel". Mungkinkah Erdogan menggiring Turki ke arah sana? (Irb/sbl)